Lebaran tahun lalu di rumah Iseng-iseng gue bongkar-bongkar gudang, gue nemuin buku PR Bahasa Indonesia ketika masih kelas 3 SD dulu. Gue plototin masing-masing halamannya, tidak banyak yang menarik memang, penuh dengan tulisan ala anak kelas 3 SD yang tidak begitu rapi, seperti naik-naik ke puncak gunung gitu. Dari sekian banyak tulisan cakar bebek yang gue tilis, ada satu halaman yang membuat gue penasaran untuk membacanya. Di pojok atas ada tulisan “PR Mengarang Liburan”. Seingat gue, mengarang bukanlah pelajaran Vaforit gue, yg gue vaforitin cuma empat jam pelajaran, yaitu Olah raga, menggambar, jam istirahat, dan jam guru tidak masuk (hari hujanlah, anak sakitlah, ngurus suamilah, betulin gentenglah, kebanjiranlah.. bla.. bla dan beribu alasan lain). Kembali ke pelajaran mengarang yang bukan vaforit gw tadi, seperti standar anak SD kelas 3 se indonesia pada umumnya, banyak hal yang dapat dilakuin selama liburan panjang di kampung gue, selama liburan panjang satu bulan itu paling enak tidur ampe siang klo dimarah-marahin ortu baru bangun, nonton TV, main di parit nangkap ikan, ngaji di mesjid, main monopoli, main sepeda, main bola, main layangan, main kelerenng, dan hehe.. pernah juga nyuri mangga ama jambu tetangga, pokoknya liburan gue penuh dengan aktivitas ala sibolang kayak di TV. Namun ada satuhal yang merupakan rutinitas wajib sebagai ritual liburan, yaitu Berlibur Kerumah Nenek. Waktu itu gue menulis judul karangan gue “Liburan Ke Rumah Nenek” (gak ada yang istimewa memang, alias standar), Berikut ini gue ketik lagi karangan itu sesuai dengan format aslinya.. Hee... he.. kalian yang baca jangan ketawa ya.. isinya ngaco abis, sama aja kayak karangan adek atau ponakan kalian yang masih SD..
LIBURAN KERUMAH NENEK.....[1]
Pada Hari Sabtu kemaren[2] saya pergi berlibur ke rumah nenek di Sebanga. Saya Pergi dengan abang, adik, dan saya sendiri dengan menggunakan oplet[3], oplet itu bayak orangnya sehingga adik saya tidak bisa duduk, karena tidak bisa duduk maka di pangku oleh abang saya. Kami membayar ongkos 200 Rupiah satu orang[4]. Karena hari libur jadi 200, kalau tidak libur 100 Rupiah[5] saja untuk anak sekolah. Setelah sampai dirumah[6] nenek kami langsung disuruh nenek makan sama rending. Setelah makan kami main di kebun rambutan dan main lumpur di sawah[7]. Sayang sekali pada liburan kali ini rambutanya tidak berbuah, biasanya rambutanya berbuah saat sebelum bulan puasa atau setelah hari raya. Setelah puas bermain, pada hari sabtunya kami pulang kembali ke rumah dengan membawa pengalaman libur yang menyenangkan. Hari senin saya telah mulai sekolah. Tapi biasanya hari pertama sekolah belajarnya belum di mulai[8].
[1] Titik-titiknya di silang oleh guru, katanya kalau nulis judul gak boleh pakai titik, Hal ini selalu gue ingat sampai sekarang “thaks P’ Armizi”
[2]Setidaknya gue sedikit lebih maju dari anak SD se Indonesia yang pada umumya menulis “Pada suatu hari” di setiap kalihat pembuka karangannya.
[3] Sejenis Angkot. Biasanya ada spiker gede di dalamnya sehingga yang duduk di pojok harus ngumpet di balik spiker itu, dan tak lupa Full Music Dangdut ala Orgen tunggal kampung, waktu itu belum ada lagu jablai, kucing garong apalagi SMS dan saudara-saudara sejenisnya. Klo gak salah lagu-lagu dangdut yang ada di TVRI acara “Album Minggu Ini” yang siaran dari pagi ampe siang dan direkam pake Tape Recorder oleh sopirnya, tak heran klao suara pembawa acaranya yang lg cuap-cuap juga kedengaran.
[4] Waktu itu ongkos angkot memang segitu, kalau di permenin mungkin dapat 8 permen, atau setara dengan empat buah bala-bala pada kurs mata uang bandung.
[5] Kalau hari biasa ongkos anak sekolahan emang setengahnya, tak heran banyak mak-mak kemana-mana memakain anaknya baju SD merah putih, walaupun udah malam, untuk menghindari segmentasi tarif pelanggan angkot.
[6] Tulisan “dirumah” di coret guru, katanya gak boleh menggabungkan “di” sebagai kata penunjuk tempat, yang benar nya dadalah “di rumah”
[7] Di rumah nenek gue ada sawah dan kebun rambutan yang luas. Biasanya gue juga sering ngajakin teman gue ikutan kerumah nenek saat rambutanya berbuah, dengan membawa tas jinjing ala mudik lebaran dan di isi penuh rambutan saat pulang kerumah. Sampai di rumah di jual deh ke tetangga.. he… he.. kayaknya jiwa bisnis gue udah ada dari dulu.. tapi sayang belum tersalurkan sampai sekarang.
[8] Jaman SD dulu sudah menjadi kebiasaan kalo abis libur panjang atau libur lebaran di hari pertamanya jadwal belajarnya belum di mulai..
Nah,,,
BalasHapusKebetulan saya mo kasih PR...
selamat mengerjakan . . .
buat karangannya 2 lembar
BalasHapusnice...
BalasHapuskarangan khas anak sd..hihihiih
ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg la
BalasHapus